Sabtu, 17 Maret 2012

pergi dari SSC KCP ke SUTOS jalan kaki? kenapa tidak?

Kalau yang baca judul yang ada di atas itu arek-arek suroboyo, pasti pada kaget. Bayangkan saja, jarak dari ssc ke sutos aja bisa 4 km lebih! yaa paling 5 km lah. Tapi namanya juga ngebet jalan kaki ke sana, kenapa tidak? Justru hal seperti itu jarang sekali dilakukan banyak orang. Tapi, di setiap orang yang melakukan hal yang  tidak pernah dilakuukan orang lain sebelumnya, ada saja yang menimbulkan berbagai macam kontroversi. Pasti ada yang berpendapat, "Halah, mending naik motor atau gak naik bemo". Padahal di balik jalan-jalan 'nekat' itu, aku menemukan banyak hal yang (mungkin) bisa menjadi paradoks hidup. Layaknya Eat, Pray, and Love versi arek Suroboyo gitu...

Jujur, saya punya bayangan untuk ngelancong keliling Surabaya 2 minggu yang lalu. Seharusnya aku berterimakasih kepada ibuku karena telah mendaftarkanku les di wilayah pusat mulai hari ini. Karena tanpa beliau dan ridho Allah SWT, pikiran untuk melakukan hal nekat itu bisa jadi 'tidak ada' sama sekali. Kebetulan 2 minggu lalu beliau menyuruhku untuk naik bemo ke salah satu restoran fastfood terkenal di daerah darmo. Dari situlah bayanganku muncul untuk jalan kaki dari tempat lesku ke restoran tersebut. Sayangnya, ketika mau melakukan aksi tersebut, tetanggaku yang kebetulan les disana mencegat bemo untukku. Saya pun berterima kasih sama dia. Tapi, 1 km dari tempat tujuan, aku turun dan jalan kaki sambil melihat lampu-lampu Surabaya. Tapi di samping itu, ada benak di dalam pikiranku kapan aku bisa jalan kaki dari temapt les ke arah tujuan yang dituju.

Daaaaaaaaaan 2 minggu kemudian, akhirnya keinginan tersebut terwujud juga!! Bagaimana mungkin, ketika mau mencari bemo jurusan sutos gak kunjung datang. Dan ketika ketemu bemo jurusan tersebut ternyata bemo tersebut tidak lewat tempat tersebut. Gimana gak 'mangkel' coba?? Tapi ini kesempatan emas untuk membuktikan bahwa "Seriously, woman can do this". Gak harus naik motor dan mobil agar bisa keliling Surabaya secara besar-besaran. Gak enak dari naik 2 kendaraan tersebut sih cuma satu : HARGA BENSIN. Logisnya, harga BBM aja naik, masa tetep nekat naik kendaraan pribadi tersebut? Walaupun dalam skala resiko masih dan selalu tinggi terletak pada pejalan kaki, asal kita minta restu Allah SWT agar dilancarkan perjalanan kita dan itupun kita melakukan aksi tersebut dengan tujuan baik. Pasti lancar kok ;)

Kalau tahu Grand City, di situlah ekspedisiku dimulai (lebih tepatnya dari depan Grand City). Kalau kita mau menyebrang di jalan tersebut, mungkin orang yang melakukan itu termasuk super nekat. Ramainya bikin sengsara bung -___-. Tapi, jalan kecil selalu memberikan peluang yang terbaik. jika kita prhatikan dengan jelas dan seksama, ada jalan kecil di sebelah jalan layang besar menuju Mendut dan UNAIR. Di situ aku melihat yang jarang aku temui. Jembatan layang  di Jalan Prof. Dr. Moestopo dibangun sekitar tahun 1915. Saya benar melihatnya dengan jelas ketika menemukan persimpangan jalan menuju stasiun gubeng dan hotel sahid. Setelah lewat dari jalan kecil tersebut, aku menemui hal menantang lagi. 

Mungkin kalian sudah tahu sendiri maksudku. Ya, aku harus menyebrang banyak jalan. Hitung-hitung 3 kali aku menyebrang jalan. Itu belum lagi jalan-jalan yang lain sesudahnya. Kendaraan yang berlalu-lalang tidak membuatku berhenti untuk melangkah lebih jauh lagi. Sampai aku melanjutkan perjalanan 'santai' di daerah Kayun. Ketika menyusuri daerah Kayun, ada panggilan dari hapeku. Alif teman sekelasku menelponku untuk mengabarkan nasib kameraku. Sialnya, akibat aku lupa memberi charger kameraku terpaksa aku gak bisa menikmati momen foto selama aku di Sutos sama teman smpku (zhafa, frida, dan pras). Terpaksa Alif membawa kameraku ke rumahnya. Besoknya dia kembali ke rumah buat mengembalikan kameraku.

Waktu udah jam 6 sore. Adzan Maghrib udah dikumandangkan. aku masih belum menemukan mushala atau masjid yang menjadi tempat pemberhentianku sementara. Tapi aku sempat berpikir untuk shalat Magrhib di sutos kalaupun itu sempet. Tapi dengan mengucapkan bismillah, saya bisa meluangkan waktu untuk shalat Magrhib. 

Karena ada suatu hal, terpaksa setelah melewati konsulat Amerika yang lama saya naik bemo G ke perempatan jalan besar antara Adityawarman dengan Mayjend Sungkono. Setelah itu saya jalan lagi menuju SUTOS. Akhirnya sampai juga dan saya langsung merapat ke mushala sutos untuk shalat Maghrib. Alhamdulillah waktu untuk shalat  Maghrib saat itu masih panjang. Dan setelah saya hitung-hitung, waktu yang ditempuh untuk melakukan perjalanan dari ssc ke sutos kurang lebih 1 jam 10 menit. Walaupun dimana-dimana lebih cepat menggunakan alat transportasi, aku menemukan hal yang baru dari perjalanan tersebut.

Bagiku, jangan terlalu mudah mempercayai orang lain jika kita menanyakan sesuatu. Apalagi di saat kita butuh suatu informasi kepada orang yang lebih tahu dari kita. Alangkah baiknya kita mencari hal tersebut sendirian dan baru bisa kita rekomendasikan kepada orang lain. Karena itu menjadi sebuah bukti bahwa kita pernah melakukannya dan kita bangga terhadap yang kita lakukan tersebut. Yaa tahu sendirilah kalau bermodal nekat mesti gimana? Lalu, gemerlap lampu selalu menjadi yang terindah di setiap sudut kota, termasuk kota kebanggaanku kota Surabaya. It's really sparkling Surabaya or more than just sparkling Surabaya. Surabaya is sooo amazing. Sayang sekali gak bisa diabadikan melalui sebuah foto (ya baru ingat sekarang -_-) tapi di ekspedisi berikutnya, semoga bisa :)). 

Ini nih yang jadi pertanyaan bagi semua orang kalau menceritakan ekspedisi nekat begini : "Gak bau badan nih nempuh perjalanan segitu jauhnya?" Santai aja kali, itu berarti kita olahraga. Di sini kita juga belajar ketahanan. Jalan di jalanan kota besar aja udah ngeluh apalagi kalo disuruh jalan di jalanan gurun pasir? Taruhlah di Gurun Sahara di Afrika atau Gurun Gobi di China. Ono sing mbelani gak? pasti ora ono!! Enjoy aja kawan, selama kita masih berjiwa muda dan massih diberi  umur panjang oleh Yang Maha Kuasa (terutama Allah SWT), pasti dikasih jalan yang terbaik. AMIIIIIIIIIIIN!!!

Sekian darri cerita saya yang begitu panjang sampai jalan kenangan, harapku bisa menjadi pandangan bagi kalian kalau berjalan di perjalanan panjang tidak sepenuhnya bikin hidup sengsara. Anggap itu semua menjadi tantangan istimewa bagi kita.Selamat menempuh Ujian Sekolah bagi kelas 12 (termasuk saya sendiri) dan selamat berlibur bagi adek-adek kelas X dan XI. Jangan bengong terus di rumah yaaa (y)

2 komentar: